Beberapa Kendala yang bisa Merusak Hubungan Guru dengan Siswa

Guru dan siswa seharusnya merupakan hubungan yang indah. Keduanya saling memberi sekaligus menerima. Guru mentransferkan ilmu. Namun, sadar atau tidak, sudah memangku banyak hal dari para muridnya.
Tapi, apa memang hubungan guru dan murid itu mesti spesial? Bukannya guru hanya bertugas untuk mengajar?
Ya. Tapi guru atau pendidik ada baiknya untuk tidak sekadar menyampaikan materi. Mereka juga mesti tahu bagaimana membangun hubungan yang nyaman dan hangat dengan murid-murid. Daku percaya kalau hubungan baik itu bisa terjalin, maka proses belajar dan mengajar pun akan terbantu kelancarannya.
Bisa kita bandingkan ketika murid belajar bersama guru yang tidak dekat dengan murid. Mereka akan canggung untuk bertanya, cepat merasa bosan dan rasa stress pun meningkat. Beda lagi jika hubungan guru dan murid itu dekat. Suasana bisa nyaman dan pastinya sangat mendukung proses pembelajaran.
Memang ada beberapa kendala yang bisa merusak jalinan antara guru dan murid. Namun tiap kesulitan tentu tercipta menjadi satu bungkus dengan penawarnya. Baiklah di keremangan malam yang semakin dingin ini saya akan mencoba menguraikan beberapa kendala tersebut menurut pandangan saya :
1. Menjadi Guru yang Kurang Populer
Kurang popular di sini, maksudnya… guru hanya dianggap sebagai seseorang yang dipanggil “Pak” atau “Bu”, mengajar dengan tidak ‘interaktif’ dan memberi nilai ‘dengan mentah’. Sikapnya terkesan ‘yang penting masuk kelas dan ngajar, anak ngerti atau enggak ya ora urus, bocah bisa utawa ora yo sekarepe!’
Kehadiran siswa di kelas pun hanya sekadar untuk mengisi absen. Tak ada motivasi untuk menguasai materi, tak ada inspirasi dari sang guru, bahkan siswa bisa dengan mudah melupakannya.
Penyelesaiannya tentu dengan menjadi populer. Tidak harus bikin sensasi, ora kudu aneh-aneh. Cukup dengan membangun suasana belajar-mengajar yang tidak kaku, perlakukan anak dengan penuh hormat atau penuh pengertian dan minimalnya, cobalah mengingat nama-nama mereka. Semalas atau sebandel apapun mereka, rasa ingin tahu atau rasa ingin berubah menjadi lebih baik pasti ada. Karenanya, kita bisa mengajar sambil komunikasi di kelas. Beri kepercayaan pada mereka. Posisikan diri sebagai sahabat sekaligus pemandu, yang membimbing mereka sambil menyalakan api semangat, berikan inspirasi. Bukan hanya sebagai penyampai materi, pemberi tes dan penentu nilai belaka, tapi juga bias menjadi inspiratory dan juga motivator.
~
2. Tidak Tahu – Menahu Tentang Siswa
Betul. Kita tak akan pernah tahu seluk-beluk satu siswa, apalagi kalau semuanya. Namun ada baiknya untuk mulai ‘sedikit mempelajari’ tentang mereka secara individual. Tak terlalu mendetail.
Ada beberapa info penting yang bisa kita cari. Khususnya tentang minat, bakat, cita-cita, dsb. Kita bisa menyimpulkannya dengan cara berinteraksi atau mengobrol tentang banyak hal. Tentang acara tv, kesenian, musik, olahraga, profesi, kegiatan ekstrakulikuler, dsb, dan juga bercerita dibalik penyampaian materi. Kita akan paham siapa siswa yang pintar secara akademis, siapa yang berbakat di bidang seni, siapa yang menonjol di bidang olahraga, siapa yang aktif berorganisasi, dsb. Kita bisa melemparkan pujian atau apresiasi pada apapun yang mereka kuasai, selagi hal itu baik. Kita juga bisa mengekspresikan perhatian pada mereka, walau hanya sedikit.
~
3. Tidak Memerdulikan Sisi Lain Dari Siswa
Umumnya, siswa adalah seseorang yang belajar. Mereka membawa peralatan menulis, mendengarkan penjelasan guru, mengerjakan tugas, mengikuti ujian dan menerima nilai. Namun di luar semua itu, siswa juga sama-sama manusia. Mereka memiliki mood, cerita, masalah pribadi, dll.
Kejelian kita sebagai guru selalu teruji ketika ada siswa ‘yang lain dari biasanya’. Tak semuanya selalu dalam keadaan bersemangat. Ada saat-saat di mana mereka down, dan tak punya bahu untuk menyandar. Sebab mungkin, beban yang mereka tanggung berhubungan dengan orang-orang terdekatnya; keluarga atau sahabat, misalnya.
Di saat-saat seperti itu, kita sebagai guru bisa hadir sebagai seseorang yang diandalkan. Tidak perlu terlalu jauh. Minimal ada yang peka akan problem yang dihadapi. Entah itu dengan menyentuh atau sekadar bertanya “kamu enggak apa-apa, ‘kan? Kok pucat banget? Kamu sakit?” Biarkan mereka tahu kalau kita bisa menjadi teman atau tempat untuk bersandar.
~
4. Tidak “Melindungi” Harkat, Martabat dan Rasa Percaya Diri Siswa
Manusia taka da yang sempurna, dan sebagai manusia siswa pun tak ada yang sempurna. Mereka bisa melakukan kekeliruan atau hal-hal konyol. Ketika mereka melakukannya, kalau bisa jangan sampai kita perparah dengan aksi mempermalukan dirinya. Misalnya dengan mengkritik habis-habisan di depan semua temannya, apalagi mencemooh hasil kerjanya.
Namun bukan berarti kita diam saja jika mereka melakukan kesalahan. Kita bisa menyiasatinya dengan kritikan lembut, candaan atau mengontaknya secara pribadi.
~
5. Pilih Kasih dan Tidak Adil
Memang, kadang kita memiliki ‘murid favorit’ sendiri. Bisa saja dia merupakan sosok murid paling pintar, paling penurut, paling bisa diandalkan, paling lucu, dsb. Namun hal itu tak lantas membuat perlakuan kita jadi spesial. Jika demikian, kita bisa kehilangan kepercayaan dari murid lain. Mereka akan segan berinteraksi, sebab menganggap kalau kita hanya peduli pada siswa-siswa tertentu saja.
Perlakukan murid dengan adil. Mereka tak marah jika kita memuji siswa yang memang berprestasi. Mereka juga tak akan keberatan ketika dikoreksi, kalau memang melakukan kesalahan.
Ada baiknya sesekali kita sebelum berdiri di depan para siswa, menjelaskan materi dan memberi nasihat, terlebih dahulu kita duduk di salah-satu bangku murid. Kita bisa merasakan perbedaan bagaimana suasana belajar antara guru yang memiliki hubungan hangat dengan siswanya dan yang tidak.
Kalau kendala di atas muncul dan mulai menggerogoti hubungan guru dan murid, alangkah baiknya untuk segera bertindak, mencari penawar untuk ‘membasmi’ kendala-kendala tersebut. Satu hal yang pantas untyk kita renungkan adalah :
“KITA TIDAK BISA MENJADIKAN IKAN SEPERTI GAJAH DAN SEBALIKNYA KITA TAK BISA MENGAJARI GAJAH MENJADI SEPERTI IKAN”
Semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Terima kasih semoga bermanfaat.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- KEBUGARAN JASMANI
- TERNYATA, MATEMATIKA ITU TAK MENAKUTKAN
- Belajar Sejarah itu menumbuhkan cinta, cinta peserta didik terhadap tanah air
- Belajar Sejarah itu menumbuhkan cinta, cinta peserta didik terhadap tanah air
- Kiat Sukses Ujian Nasional Berbasis Komputer UNBK 2019
Kembali ke Atas